Rabu, 21 September 2011

3. Semangat Wisuda


Untuk kali kedua Mr.Gigi mengikuti wisuda, namun kembali bukan wisuda atas nama pribadi. Sebelumnya wisuda bagi saya hanya sebuah tradisi yang dilakukan dan kemungkinan dilakukan hanya untuk kesenangan orang tua. Hari ini beda! Sangat berbeda ketika menyaksikan tangan-tangan saling menyambung memberikan selamat, saat orang-orang berlomba berfoto dengan para wisudawan. Semuanya seakan menjadi suatu hal yang layak untuk dikejar. Tanpa disadar menjadi salah satu keinginan yang (segera) ingin diwujudkan.

Terima kasih kawan, mungkin kali kedua ini belum menjadi milik saya. Namun berkat keberadaan foto ini, semangat menyelesaikan perkuliahan dan kembali menulis pun segera timbul! 

Yakin suatu saat, entah paruh baya ataupun tua. Kita pastinya akan kembali mengulang canda, tawa, dan semua kesulitan yang pernah dilalui. See you at the next chapter of life ^^

Minggu, 18 September 2011

2. Pelarian Tanpa Arah (part 2)

Saat ini adalah pelarian kedua dan tetap menjadi pelarian yang maha aneh. Tidak banyak lagi orang-orang yang berlari bersama-sama, tidak banyak lagi suara-suara aneh dari kejauhan. Semuanya menyisakan saya, keheningan, dan seseorang berbaju putih yang nampak beberapa meter tidak jauh di depan. Bergegas saya mempercepat dan memperlebar langkah. Berharap dapat mengimbangi kecepatan pelari tersebut. Dari kejauhan sedikit demi sedikit saya mempercepat langkah kaki begitu menyadari orang tersebut masih menapakkan kakinya ke bumi. 

Ternyata mengimbangi kecepatannya tidak begitu sulit. Saya sedikit kagum dengan stamina yang saya miliki hingga kini kami berdua lari beriringan. Ternyata Publish Postdia seorang wanita, berperawakan manis, dan terlihat sedikit bersemangat walau sepertinya menyimpan berbagai misteri. Tak lama, kami memulai pembicaraan dan tak lama pula pembicaraan tersebut entah mengapa mengerucut kepada kakek tua yang saya temui di awal pelarian ini.

Sabtu, 03 September 2011

1. Pelarian Tanpa Arah (part 1)

Saat itu sebuah rumah tua menjulang tinggi di depan mataku, tua seakan sudah berusia ratusan atau bahkan ribuan tahun. Bila tidak salah mengingatnya, bangunan tersebut terdiri dari dua lantai dengan sebuah platform reyot terbuka di muka lantai kedua. Warnanya coklat kehitaman, kelam, dan entah mengapa tiba-tiba saya berdiri di depan pintu dimana seorang kakek tua berdiri diantara kedua kusennya, kusen yang sudah mulai mengeropos dimakan usia. 

Pria tua tersebut tidak banyak bicara. Saya tidak tahu usianya, yang jelas rambutnya memiliki potongan gaya orang-orang spanyol tua, dibelah pinggir dan sedikit mengembang di bagian poni. Sekian detik telah berlalu tanpa mengetahui apa yang saya lakukan selama beberapa detik tersebut, pria tua itu mulai berbicara "semua orang yang datang kemari berlomba, berlari-lari hingga finish. Memperebutkan harta. saya harap kamu pun mau melakukan hal yang sama". Kata-katanya ajaib, tanpa bertanya kaki ini memulai langkah pertama menghabiskan sepanjang malam dengan berlari.