Selasa, 24 Januari 2012

1. Terkadang Manusia Amat Konyol


Dari sekian banyak persamaan..terkadang hanya satu perbedaan yang menjadi alasan. Tak ada yang berani menyangkal, kita semua berbeda. Ribuan artikel menjadi pondasi dikala jutaan manusia mengamininya.

Di sini ,di kota kecil yang namanya mengalahkan kilau negaranya, saya menemukan bagaimana perbedaan bisa tetap memisahkan. Di lain pihak, saya juga bisa menyaksikan bagaimana perbedaan bisa menjadi perekat.

Jutaan orang boleh berkulit putih, puluhan lainnya dapat mengaku aku telah berjemur puluhan jam, dan ratusan lain dapat berkilah dapat berbaur dengan malam. Warna dapat selalu berbeda, tapi keinginan akan kebahagiaan, kesetiaan, kasih sayang dan lainnya akan selalu sama.

Orang-orang hidup jauh dari tanah lahirnya, berani menjadi berbeda di negeri asing. Dia hidup bersama ratusan minor lainnya. Bercanda tawa, berbagi ruang, bersahaja, dan saling bertukar informasi. Lewat beberapa masa mereka menjadi terikat dalam kebatinan yang sama, namun seringkali tuhan mereka beda.

Saat si coklat sakit, sang alis tebal memaksanya tuk makan bersama. Tidak sekali, satu minggu ia dipaksanya. Diangkatnya si coklat dari kasur dan ditempatkannya berjejer selalu dengan kepulan kepulan aroma. Lain halnya dengan si coklat, diberikannya si alis tebal ramuan penghilang sakit ketika ia terlalu akrab dengan ranjangnya.

Tetap menjadi hal yang konyol. Bagaimana di luar sana, banyak anak manusia menjadikan warna kulit sebagai dasar utama. Kecerdasan, kepicikan, kebaikan. Darinya mereka menolak keluarga jauh mereka, padahal disaat itulah persamaan sedang menunggu tuk ditemukan, dieratkan, dan dipapang diseluruh penjuru ruangan.

Saya tidak ingin begitu,
tapi terkadang dunia ini terlalu ada di kekonyolan yang nyata

0 comments:

Posting Komentar

Sepatah dua patah kata akan mendekatkan kita ^^