Jumat, 30 Maret 2012

4. Bayi Kesayangan, Remaja Harapan, dan Beban Negeri (penutup)

Remaja yang berprestasi, berkinerja baik, dan memberikan sumbangsih sama negeri. Sebaik apapun mereka, mereka itulah para pemberi beban pada negeri. Hanya masalahnya apakah beban tersebut sepadan dengan sumbangsih yang diterima negeri?

Beban Negeri
Ada beberapa hal yang menjadi pemikiran Mr.Gigi waktu itu: (1) kata-kata "kesejahteraan warga negara menjadi tanggungan negara", (2) Makanan, dan (3) Air. 

Ada hal yang dengan mudah didukung dari kata-kata "kesejahteraan warga negara menjadi tanggungan negara" karena memang alasan dibuatnya suatu negara adalah untuk mensejahterakan rakyatnya. Namun dilain sisi, rasanya tidak adil apabila orang-orang yang tidak mau bekerja, berpikir dan hanya menunggu menjadi tanggungan negara. Apalagi disaat dengan kemampuan seadanya, sebuah negara harus mengalokasikan besaran yang sama terhadap kaum berupaya dan pemalas (tuk berpikir ataupun bekerja).

Kembali lagi dengan jumlah kelahiran ditambah dengan pola hidup. Mereka yang membebani diri mereka sendiri dengan memiliki banyak anak dan juga pola hidup yang tidak baik harusnya mendapat perlakuan "ekstra". Mereka hanya menerima enaknya saja tanpa memikirkan nasib orang lain, disaat negara harus berkorban demi mereka. Bukan hanya orang kurang mampu lainnya yang dikorbankan, melainkan juga seluruh warga Indonesia dan juga masa depan bangsa. Saya cukup senang mendapat kabar bahwa mereka yang merokok akan segera mendapat hak yang berbeda. 

Mengenai makanan, terlepas dari keadaan ekonomi, tiap kepala akan selalu makan. Tanpa terkecuali. Tolonglah, jaga pertambahan manusia Indonesia karena bila tidak beberapa tahun kedepan masalah akan menimpa. Beberapa bulan lalu Mr.Gigi membaca apabila tahun 2025 kita tidak dapat menekan pertumbuhan penduduk, habislah kita. Makanan akan langka. Berharap hal itu tidak terjadi, meskipun kefanatikan akan beras menjadi hal sangat jelas mendukung hal tersebut tuk terjadi. 

Mengenai air, hal ini cukup jarang diketahui dibandingkan dengan kemungkinan kelangkaan makanan. Pertambahan manusia dapat diartikan sebagai pertambahan kebutuhan makanan. Apabila makanan lebih banyak dibutuhkan, makan produksi akan harus ditingkatkan. Hal yang terlupakan adalah untuk memproduksi makanan, khususnya pertanian, dibutuhkan air yang seringkali amat sangat banyak. Dari data dunia saja, dari 100% persediaan air bersih yang bumi miliki, 70% digunakan dalam pertanian. Fakta yang menarik sekaligus menyeramkan. 

Awalnya saya beranggapan biasa saja dengan isu tersebut, namun setelah saya mengunjungi ibukota kita. Saya menjadi percaya. Air bersih itu langka, bahkan untuk mandi sekalipun, bukan hanya urusan perut. Cari pedagang-pedagang minuman ataupun makanan kecil. Darimana mereka mendapat air tuk dagangannya. Saya  berani mengatakan, mereka harus membeli air yang bahwa mungkin tuk pergalon perharinya lebih mahal dari air bersih yang ada di eropa sekalipun. 

Memang masalah demografi dan kualitasnya menghampiri kita, mungkin ini terlalu dini. Maka itu, terbukalah dan pilih langkah anda mulai dari sekarang. 

0 comments:

Posting Komentar

Sepatah dua patah kata akan mendekatkan kita ^^