Rabu, 13 April 2011

17.Pemikiran Tiap Individu Membuat Kita Kaya

Kemarin merupakan hari yang menggembirakan disamping beberapa kekurangberuntungan yang saya alami. Harus mengalah kepada cuaca yang ada telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menambah wawasan saya, khususnya suatu pelajaran yang dahulu teman saya pernah menyebutnya sebagai "universitas kehidupan".

Awalnya hari diawali dengan cuaca yang cerah dengan langit yang berwarna biru muda, sedikit awan seakan tergores di atas sebuah samudra, dan cahaya matahari yang hangat menyentuh punggung. Diri ini pun berkeinginan untuk bergegas ke kampus untuk mengurus beberapa hal demi memperoleh gelar sarjana. Keseluruhan rencana berjalan dengan amat baik hingga saat sore menjelang, ada satu kegiatan tersisa yang saya niatkan untuk dilakukan pada hari yang sama yaitu mengambil pesanan dark grey suit. 

Sebelumnya perlu saya berikan informasi bahwa pada hari tersebut saya menggunakan motor turunan dari kakak, sebuah motor terbatas keluaran perusahaan jepang pada tahun 1998-an dan cukuplah tua untuk digunakan. Motor ini berwarna hijau dan berstandar racing (sebutan ini semenan-mena saya gunakan karena motor tersebut tidak mempunyai speedometer, pengukur RPM, dan pengukur level bensin yang berfungsi dengan baik).

Saat semua kegiatan kampus selesai, saatlah kegiatan akhir dijalankan. Hari itu mendung,
dari kejauhan langit berwarna seragam (seperti jas yang hendak saya ambil) sehingga jelas, tanpa pikir panjang motor pun digeber tanpa ampun. I'm out of luck for a moment, baru 1/5 perjalanan, motor mati seketika dan saya sudah tahu apa yang terjadi. Motor terdiam di tengah jalan dan betapa "senang" saya menyadari bahwa dugaan saya benar, motor kehabisan bensin. Sepatutnya orang yang sudah mengalami hal tersebut sekitar 3 kali, tanpa ada sumpah serapah, motor pun didorong. Hidup ini nikmat, apalagi ditambah perasaan waswas saat mendorong motor dikala rintisan air hujan mulai turun. Wah...bagaimana saya membawa jas tersebut nantinya ya?

Sungguh ajaib, saya bisa mencapai SPBU terdekat sebelum bermandikan air hujan dan sungguh kurang beruntung ketika saya menyadari hujan mendadak deras setelah 2-3 meter saya menjauhi SPBU tersebut. Saya meneduh dan memutuskan makan mie ayam baso sambil ditemani doa dan harap-harap cemas berharap ujan reda sebelum jam 17.30, waktu saat sang penjahit menutup lapaknya.

Namanya kota hujan, saya pun akhirnya melawan rintikan air hujan yang turun ketika waktu mendekati pukul 5 sore dan disinilah pengalaman baru muncul. Saya berhasil mencapai tempat sang penjahit, kemudian mengambil pesanan, dan diteruskan dengan duduk lesehan bersama 2 orang baru di bagian depan toko sembari menunggu "tangisan" langit merede untuk kedua kalinya. Kedua orang tersebut merupakan pegawai perusahaan bahan kenalan sang pemilik toko. Kedua orang tersebut sangat terbuka, bersahabat, dan tentunya merupakan teman mengobrol yang baik ^^.

Kedua orang tersebut bekerja di tempat yang sama, salah seorang di antara mereka menyebut yang lainnya sebagai bos. Mereka berdua terlihat dekat, bahkan sangat dekat. Salah seorang merupakan ex-mahasiswa jurusan hukum yang mendapatkan titel "ex-nya" akibat drop out. Orang tersebut mengatakan bahwa DO bagi dia akibat lingkungan, bukan otak. Salah seorang lainnya, yang disebut bos, sepertinya masih menyusun tugas akhir di bidang kependidikan. Ia selalu berkata bahwa latar belakang keluarganya kurang mampu, bersyukurlah kamu memiliki kemampuan. Itulah yang beberapa kali ia katakan.

Kita membicarakan mengenai jalur hidup. Bahwa di hidup ini pilihan bagi tiap orang pasti akan berbeda. Suatu saat kita akan diberi beberapa pilihan, katakanlah 5, kita akan memilih satu diantaranya seiring dengan perubahan waktu. Saat kita menjalaninya, pilihan akan terus ada di depan kita dan lagi-lagi cabang yang akan kita temui. Dari sana saya berpikir bahwa benar semua orang memiliki takdirnya masing-masing, setiap orang memiliki cabangnya masing-masing, namun janganlah takut memutuskan karena sebenarnya cabang yang lainnya sedang menunggu untuk diputuskan. Saya juga berpikir bahwa kemampuan untuk memutuskan sesuatu menjadi sangat penting apabila kita tidak ingin terombang-ambing oleh setiap opsi yang ada. Seseorang harus menjadi pemilik dari hidupnya sendiri, ada jenis takdir dimana kita yang memutuskan, kita memiliki kuasa akan itu. Sekali lagi pikiranku terbuka oleh suatu hal kecil yang dilakukan dalam hidup. Terima kasih atas waktunya dan obrolan singkat yang kita lakukan, walaupun sampai sekarang kami belum mengenal antara nama dan nama.

Hujan reda, sisa pembayaran jas dilakukan, pembicaraan usai, namun ingatan akan terus ada^^

2 comments:

dhila13 mengatakan...

hmm.. ya begitulah. beda manusia, beda pemikiran. walau manusia itu kembar tujuh sekalipun..

salam.. :)

Unknown mengatakan...

kembar tujuh? dahysat kalo pemikiran mba ini haha..

salam hangat :)

Posting Komentar

Sepatah dua patah kata akan mendekatkan kita ^^